- Teks Asli
Hebrews 1:1 Πολυμερῶς καὶ πολυτρόπως πάλαι ὁ θεὸς λαλήσας τοῖς πατράσιν ἐν τοῖς προφήταις
Hebrews 1:2 ἐπ᾽ ἐσχάτου τῶν ἡμερῶν τούτων ἐλάλησεν ἡμῖν ἐν υἱῷ, ὃν ἔθηκεν κληρονόμον πάντων, δι᾽ οὗ καὶ ἐποίησεν τοὺς αἰῶνας·
- Syntactic Form Asli
- Terjemahan Literal
- Allah berbicara kepada Kita di dalam Sang Anak pada akhir zaman ini.
- Dia berbicara kepada para Bapa (leluhur) melalui Nabi dengan berbagai cara dan waktu pada masa lampau.
- Syntanctic content
- Di dalam teks ibrani 1:2b terdapat 1 subjek yakni ὁ θεὸς ( a God) yakni Allah. Kemudian memiliki 1 predikat yang menjelaskan God yakni λαλήσας (berbicara) artinya Allah berbicara. Selanjutnya 1 objek tidak langsung yang menjelaskan kata λαλήσα yakni ἡμῖν (I) artinya berbicara kepada kita.
- Kata ἐπ᾽ ἐσχάτου (last time) menjelaskan kata λαλήσας yang merupakan adverbial yang artinya berbicara pada akhir zaman ini. Kemudian τῶν ἡμερῶν τούτων adalah adverbial atau kata kerja yang menjelaskan kata ἐσχάτου artinya didalam anak-Nya.
- Kembali kata λαλήσας (berbicara) merupakan predikat. Dan objeknya yakni τοῖς πατράσιν artinya berbicara kepada para bapa atau leluhur. Dalam keterangan waktu καὶ πολυτρόπως πάλαι artinya berbicara kepada para bapa atau leluhur melalui berbagai waktu dan berbagai cara. Selanjutnya menjelaskan kata adverbial yakni pada zaman melalui Nabi.
- Konteks Historis
Surat Kepada Orang Ibrani ini ditujukan kepada sekelompok orang Kristen, yang karena terus-menerus mengalami tekanan, mungkin akan murtad dari kepercayaan mereka kepada Kristus. Penulis surat ini berusaha mendorong mereka supaya tetap percaya. Untuk itu ia menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah pernyataan Allah yang sempurna. Tiga perkara dikemukakan oleh penulis surat ini. Pertama, Yesus adalah Anak Allah — Anak yang kekal. Anak Allah itu menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa melalui ketabahan-Nya untuk menderita. Sebagai Anak Allah, Yesus lebih tinggi dari nabi-nabi dalam Perjanjian Lama. Ia pun lebih tinggi dari malaikat atau Musa sendiri. Kedua, Allah telah menyatakan Yesus sebagai imam abadi yang lebih tinggi daripada imam-imam dalam Perjanjian Lama. Ketiga, dengan perantaraan Yesus, orang yang percaya kepada-Nya dibebaskan dari dosa dan dari ketakutan dan kematian. Sebagai Imam Agung, Yesus memberikan kepada manusia keselamatan sejati yang tidak dapat diberikan oleh upacara-upacara persembahan kurban dan upacara-upacara lainnya di dalam agama Yahudi. Upacara-upacara itu hanya dapat memberikan gambaran dari keselamatan sejati itu saja, lain tidak. Dengan mengemukakan contoh-contoh iman dari tokoh-tokoh terkenal dalam sejarah Israel (pasal 11), penulis surat ini menganjurkan para pembacanya supaya tetap setia. Di dalam pasal 12 ia mendorong mereka supaya terus setia sampai akhir, dengan hanya melihat pada Yesus. Ia mendorong mereka juga supaya tabah menderita dan tabah menanggung tekanan-tekanan dan penganiayaan terhadap diri mereka. Surat ini diakhiri dengan nasihat dan peringatan.
- Semantic Content
- Allah berbicara kepada Kita di dalam Sang Anak pada akhir zaman ini.
- Dia berbicara kepada para Bapa (leluhur) melalui Nabi dengan berbagai cara dan waktu pada masa lampau.
Penjelasan:
- Allah berbicara kepada kita di dalam Sang Anak pada akhir zaman ini.
Pembicaraan Allah pada zaman itu merupakan pembicaraan yang disampaikan pada waktu yang sudah selesai. Ketika Allah berbicara kepada Anak maka ada pesan yang ingin disampaikan. Pesan yang disampaikan merupakan pesan yang dari Allah sendiri. Kata ἐλάλησεν (Heb. 1:2 GNT) ini adalah aorist tense yang artinya Allah berbicara pada suatu waktu di masa lampau di dalam Anak. Di dalam Anak artinya semua pesan Allah sudah ada di dalam sang Anak dan sang anak datang menyampaikan atau berbicara kepada manusia. Dia berbicara bukan dari atas tapi dia jadi manusia memakai tubuh daging dan lalu berbicara kepada kami dengan bahasa yang kami mengerti. Analisis: Cyril menjelaskan sang anak memakai tubuh dan menjadi manusia supaya bisa menyampaikan pesan dari Allah atau supaya bisa mengajar atau menyampaikan rencana Allah kepada kami. Jadi, pesan Allah yang disampaikan kepada Anak yakni Yesus Kristus telah sejak awal ada.
Kata di dalam Zaman artinya bahwa kejelasan pesan yang ingin disampaikan sudah 2000 tahun yang lalu sebelum Anak Allah berinkarnasi. Sebelum itu suatu tujuan yang akan diwujudkan ternyata dijelaskan oleh John Chrysostom bahwa dalam ungkapannya, Di masa lampau, dan ini, Di akhir zaman, membayangi beberapa makna lain: bahwa ketika waktu yang lama telah berlalu, ketika kita berada di ujung penghukuman, ketika karunia-karunia telah gagal, ketika tidak ada pengharapan akan kelepasan, ketika kita berharap untuk memiliki lebih sedikit dari semuanya maka kita telah memiliki lebih banyak. Jadi dari sini semua orang perlu tahu bahwa ternyata hubungan Anak Allah kepada pesan yang ingin Allah sampaikan kepada semua orang bukan hal yang baru terjadi dan di baru dicanangkan oleh Allah, ternyata sejak Awal Allah telah menetapkan dan merupakan wahyu sejak perjanjian lama. Chrysostom mengatakan bahwa pada akhir zaman ini Ia telah berbicara juga kepada kita melalui Anak. Chrysostom melanjutkan bahwa, Allah tidak mengatakan bahwa Kristus (Sang Anak) yang berbicara, walaupun pada akhirnya Sang Anaklah yang berbicara. Apa maksudnya? Karena manusia belum siap untuk mendengarkan Dia (Sang Anak). Keberadaan Allah pada dasarnya tidak bergantung pada zaman, oleh sebab itu zaman tidak mengenal Allah. Jadi Allah berbicara dengan berbagai cara dan waktu para leluhur, dan para nabi, dan puncaknya adalah Sang Anak.
- Bapa berbicara di dalam Nabi dengan berbagai cara dan waktu pada masa lampau.
Kembali ditegaskan bahwa untuk kedua kalinya Allah berbicara. Kepada siapa Allah berbicara yakni di dalam Nabi. John Chrysostom menjelaskan bahwa. Bapa yakni Allah memperlihatkan bagaimana kuasanya kepada Nabi. Dengan alasan kuat Allah yakni Bapa kemudian mempercayakan pesannya kepada Nabi supaya Nabi dapat menyampaikan kepada semua orang. Tujuannya supaya melalui para Nabi, Allah menunjukan bahwa kepada hambanya segala Sesuatu telah terlebih dahulu disampaikan. Mengapa Allah Allah harus menyampaikan pesannya terlebih dahulu supaya orang yang setia kepada Allah tidak berpindah jalan dan menjauh kepada jalan kebenaran yang sesungguhnya (Amsal 2:8). Jadi, ketetapan Allah akan menjaga umat percaya kepada-Nya dari sejak awal allah sudah berusaha mempertahankan. Allah tidak menginginkan umat percaya kembali jatuh untuk kedua kalinya kedalam dosa. Cyril of Alexandria menjelaskan bahwa pada saat Yesus Kristus datang kedunia Allah Bapa tidak lagi berbicara melalui perantaraan yakni mulut ke mulut melainkan Allah berbicara melalui daging. Maksudnya Yesus Kristus akan menunjukan pesan Allah kepada manusia tidak hanya sekedar berbicara saja namun Dirinya menunjukan melalui pengorbanan di atas kayu salib, sesuai dengan yang telah menjadi ketetapan Allah kepada para nabi dalam Perjanjian Lama.