Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai

INKARNASI MENURUT ST. ATHANASIUS

Pertanyaan; apa hubungannya penciptaan manusia dengan inkarnasi Allah? Pada bagian point selanjutnya St Athanasius akan menjabarkan kepada kita semuanya dari pertanyaan kita mengenai tentang Allah dan penciptaan-Nya.

Point IV

Keberadaan manusia di dunia dipahami karena Allah telah diciptakan ke dunia. Tujuan Allah menciptakan manusia karena memiliki tujuan dan maksud. Penciptaan manusia ke dunia tidak terlepas dari kasih karunia Allah akan dunia ini. Disaat manusia dijadikan oleh Allah, manusia telah sepenuhnya menjadi milik Allah. Awal dari penciptaan manusia terjadi dari yang tidak ada menjadi ada. Semua diadakan karena Allah mampu melakukannya. Kasih karunia dari Allah memampukan semua dapat terjadi di dunia ini. Manusia adalah ciptaan Allah yang satu-satu di ciptakan berbeda dari ciptaan yang lain. Terwujud dengan hasil yang telah disaksikan oleh manusia sendiri bahwa manusia diposisikan Allah berbeda dengan ciptaan lainnya. Tanggungjawab yang diberikan kepada manusia memampukan manusia untuk dapat mengatur segalanya dalam kata lain manusia bisa menjadi perpanjangan tangan Allah, dalam memelihara alam semesta ini. Dari semula Allah menciptakan manusia dengan sempurna dan terlihat jelas Allah melihat itu baik. Akan tetapi manusia dengan ke-natur-an yang dimiliki tergoda dan jatuh ke dalam dosa. Akibatnya hubungan Allah dengan manusia menjadi rusak. Melihat keadaan seperti ini Allah tidak menginginkannya. Oleh karena itu, supaya proses penciptaan manusia tidak dibiarkan Allah menjadi sia-sia, maka Allah mengutus Anaknya yang tunggal untuk datang ke dunia berinkarnasi menjadi manusia. Jadi keterkaitan antara penciptaan dengan inkarnasi sangat erat hubungannya. Sebab Allah tidak mengizinkan manusia menjadi sia-sia ada didunia karena telah jatuh kedalam dosa, maka Allah memberikan anugerah-Nya sebagai kehidupan ilahi yang tanpa menghilangkan keberadaan manusia di muka bumi ini. Sebagaimana oleh Firman manusia dipanggil dari yang tidak ada menjadi ada, dan selanjutnya menerima anugerah kehidupan ilahi, demikian pula oleh satu pelanggaran yang menghilangkan kehidupan itu, mereka kembali mengalami kerusakan dan dosa yang tak terhitung banyaknya, dan kesengsaraan memenuhi dunia.

Point V

Manusia jatuh kedalam dosa. Kejatuhan manusia kedalam dosa akibat rayuan dari si iblis. Gambaran ini adalah bentuk iri hati dari si iblis, karena manusia diposisikan Allah di tempat yang baik dan sempurna. Namun manusia tidak dapat menguasai dirinya dari rayuan itu, maka dirinya dapat dirasuki oleh kata-kata rayuan si Ular. Namun maut yang diterima manusia pertama pada saat itu telah dipatahkan Allah melalui inkarnasi Allah menjadi manusia yakni Tuhan Yesus Kristus yang dikenal sebagai Sang penyelamat dunia, telah membuktikan kasihNya yang sempurna tanpa batas kepada manusia yang berdosa. Pelanggaran yang dilakukan manusia sebagai gambaran bahwa manusia pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri sebab dirinya masih tidak bisa dikendalikan. Oleh karena itu, memerlukan Tuhan sebagai wujud bahwa kita membutuhkan Allah sepenuhnya dalam hidup ini, untuk menolong dan menjaga hidup kita dari setiap godaan rayuan kata-kata manis dari si Iblis. Oleh karena itu, berusaha menolak dan membakar keinginan duniawi akan menolong manusia mampu mewujudkan dan merespon kasih karunia dari Allah tanpa batasan dan hambatan. 

Point VI

Pada bagian ini St. Athanasius menjelaskan bahwa jawaban atas kejatuhan manusia ke dalam dosa adalah inkarnasi. Mengapa? Karena pada awalnya Allah bekerja menciptakan manusia dari yang tidak ada menjadi ada, namun karena si Iblis menggoda manusia pertama yakni Adam dan hawa maka mereka jatuh ke dalam dosa. Namun dijelaskan kembali bahwa Allah tidak membiarkan semuanya berlalu. Allah membiarkan yang indah menjadi rusak. Kelemahan manusia di ditutup-in dengan kasih Allah yang sempurna melalui pengorbanannya jatuh kedalam dosa. Kebaikan Allah menunjukan bahwa Allah sebagai pencipta tidak akan senang apabila pekerjaan tangan-nya dihancurkan oleh orang lain. Sehingga dengan segala cara Allah menenggelamkan semua baik dosa maupun maut dengan menghancurkannya melalui inkarnasi datang kedunia dan kemudian disalibkan mati dan dikubur selanjutnya bangkit sebagai wujud Allah telah mengalahkan semua hukuman yang diberikan kepada manusia. 

Point VII

Di sisi lain, ada konsistensi dari sifat Allah, yang tidak boleh dikorbankan demi keuntungan kita. Lalu, apakah manusia harus dipanggil untuk bertobat? Tetapi pertobatan tidak dapat mencegah pelaksanaan hukum; apalagi memperbaiki kodrat alamiah yang telah jatuh. Kita telah mengalami kerusakan dan perlu dipulihkan kembali kepada Anugerah Gambar Allah. Tidak ada yang bisa memperbaharui kecuali Dia yang telah menciptakan. Dia sendiri yang bisa (1) menciptakan kembali semua, (2) menderita untuk semua, (3) mewakili semua kepada Bapa. Dari semula Allah yang telah bekerja maka Allah akan memperbaiki kembali. Walaupun pada kenyataanya manusia yang menghancurkan sendiri kehidupannya. Namun Allah tidak memandang itu, justru diri-Nya menunjukan bahwa anugerah-Nya kepada manusia diberikan dengan mempertahankan keberadaan manusia. Saat ini manusia perlu menyadari bahwa merespon hal yang demikian perlu dilakukan. Hal yang harus dikerjakan manusia adalah manusia harus dapat memberikan wujud bahwa dirinya sangat layak menerima kasih karunia tersebut. Manusia harus menyadari, tidak cukup hanya itu saja namun perlu bertobat akan kesalahan yang terjadi. Berada dijalan yang tidak dikehendaki Allah tidak membuat dirinya menjadi baik, justru keluar dari cengkraman tersebut yang diharapkan oleh Allah, menjaga kepercayaan dari Allah dengan kembali melakukan kasih dari Allah. 

Point VIII

Inkarnasi Allah ibarat kunjungan. Maksudnya Firman mengunjungi manusia ke bumi. Tubuh yang digunakan adalah tubuh yang sama seperti tubuh yang dimiliki manusia. Ia selalu hadir, dan melihat semua kejahatan ini. Dia mengambil tubuh yang memiliki kodrat alamiah kita, dan tubuh seorang Perawan yang tak bernoda, yang di dalam rahimnya Dia menjadikannya milik-Nya sendiri, untuk menyatakan diri-Nya, menaklukkan maut, dan memulihkan kehidupan. Penebusan berarti pembebasan dari sesuatu yg jahat dengan pembayaran suatu harga. Artinya lebih dari sekedar pembebasan saja. Demikianlah tawanan-tawanan perang dapat dibebaskan berdasarkan pembayaran harga yg disebut uang tebusan. penebusan adalah suatu metafora untuk apa yang diperoleh melalui Pendamaian; dengan demikian, terkandung suatu makna metaforis bahwa kematian Yesus membayar harga dari suatu tebusan, melepaskan umat yang percaya akan Yesus Kristus sebagai juruselamat dari belenggu dosa dan kematian.

Point IX

Karena Sang Firman, yang menyadari bahwa tidak mungkin kerusakan manusia dapat

dibatalkan kecuali dengan kematian sebagai syarat yang diperlukan, sementara tidak mungkin

bagi Sang Firman untuk menderita kematian, karena Ia kekal, dan Anak Bapa; Untuk itu Ia

mengambil bagi diri-Nya sendiri sebuah tubuh yang bisa mati, agar tubuh itu, dengan

mengambil bagian dalam Firman yang ada di atas segalanya, dapat layak untuk mati

menggantikan semua orang, dan mungkin, karena Firman yang telah datang untuk tinggal di

dalamnya, tetap tidak dapat binasa, dan bahwa kerusakan selanjutnya dapat dihentikan dari

semua orang oleh Anugerah Kebangkitan. Oleh karena itu, dengan mempersembahkan tubuh

yang telah diambil-Nya sendiri, sebagai persembahan dan kurban yang bebas dari noda apa

pun, Ia langsung menyingkirkan maut dari semua rekan-Nya dengan persembahan yang

setara.

Point X

Allah mengorbankan tubuh-Nya sendiri, Ia mengakhiri hukumTaurat yang menentang kita, dan membuat suatu permulaan hidup yang baru bagi kita, oleh pengharapan akan kebangkitan yang telah diberikan-Nya kepada kita. Karena sejak dari manusia, maut menguasai manusia, maka sebaliknya, oleh Firman Allah yang telah menjadi manusia, telah terjadi penghancuran maut dan kebangkitan hidup; seperti yang dikatakan oleh manusia yang melahirkan Kristus: Karena oleh manusia datang kematian, oleh manusia datang juga kebangkitan orang mati. Sebab sama seperti di dalam Adam semua orang mati, demikian juga di dalam Kristus semua orang akan dihidupkan kembali, dan seterusnya. Bagaimana Kristus menghapus kebinasaan kita, dan menyediakan penawarnya melalui pengajaran-Nya sendiri. Bukti-bukti Kitab Suci tentang Inkarnasi Firman, dan tentang Kurban yang dilakukan-Nya. Sebab sekarang kita tidak lagi mati sebagai orang yang harus dihukum, tetapi sebagai orang-orang yang bangkit dari antara orang mati, kita menantikan kebangkitan umum bagi semua orang, yang (1 Timotius 6:15) pada waktunya akan dinyatakan-Nya sendiri, yaitu Allah, yang juga telah mengadakannya dan menganugerahkannya kepada kita.

Point XI

Kekuasaan Allah tidak ada batasannya. Allah, yang berkuasa atas segala sesuatu, ketika Dia menciptakan manusia melalui FirmanNya sendiri, melihat kelemahan kodrat alamiah mereka, bahwa kodrat alamiah mereka tidak cukup untuk mengenal Penciptanya, atau untuk mendapatkan gagasan apa pun tentang Allah; karena ketika Ia tidak tercipta, makhluk makhluk ciptaan telah dibuat dari yang tidak ada, dan ketika Ia tidak berwujud, manusia telah dibentuk dengan cara yang lebih rendah di dalam tubuh, dan karena dalam segala hal hal-hal yang dibuat jauh dari kemampuan untuk memahami dan mengenal Penciptanya – karena belas kasihan,

Point XII

Allah berkuasa atas manusia. Namun manusia juga memiliki kehendak bebas. Sehingga Allah mengenal manusia sebagai ciptaan yang pada umumnya memiliki kelemahan. Sehingga karena hal tersebut Allah menjadikan diri manusia tidak dapat mengenal Allah sepenuhnya. Allah menetapkan hukum yakni hukum taurat sebagai ketentuan supaya manusia tidak lagi kembali kedalam kelemahan tersebut. Karena meskipun manusia diciptakan dalam kasih karunia untuk bisa mengenal Dia secara kodrati manusianya, Allah menyediakan juga karya-karya ciptaan untuk mengingatkan manusia akan Dia. Namun lebih jauh lagi, Ia menetapkan Hukum Taurat dan para nabi, yang pelayanannya dimaksudkan untuk seluruh dunia. Namun manusia hanya mengendalikan hawa nafsu mereka sendiri.

KOMENTAR WORDPRESS

St. Maruthas, Uskup Martiropolis Di Mesopotamia

Belajar dari kehidupan St. ini kesabaran yang ia miliki dalam memberitakan injil keseluruh penjuru. Dia adalah salah satu pelopor yang telah membantu orang-orang yang belum mengenal Allah menjadi mengenal Allah. Sikap kesabaran adalah kunci yang harus dimiliki oleh setiap pelayan Tuhan. Mengikut Kristus tidak hanya sekedar mengikut saja, tetapi juga siap dilatih untuk memjadi benteng kuat dalam menghadapi cobaan yang terjadi selama pelayanan untuk Tuhan. Itulah hamba Tuhan yang sejati. 

St. Maron, Pertapa Dari Suriah

Belajar dari kisah kehidupan St. Maron adalah kita kembali diajarkan tidak hanya berdoa saja namun berdoa juga diperlukan.  Allah tidak buta melihat orang-orang yang sungguh-sungguh memprioritaskan hidupnya kepada Tuhan. Demikian juga St. Maron dia mampu menjalankan tanggung jawabnya dengan taat serta tetap rendah hati. Ini akan menjadi teladan untuk kita dapat mengenal siapa Allah yang sesungguhnya. 

St. Mariamne, Saudari Dari Rasul Pilipus

Menjadi penerus pelayanan adalah sikap yang tepat untuk menentukan kesungguhan hidup. Belajar dari St. Mariamne, walaupun dirinya kehilangan orang yang dikasihinya, namun dirinya tidak meninggalkan pelayanan kepada Tuhan. Sebab dirinya tahu yang telah kembali kepada Tuhan sudah menemukan tempat yang indah sedangkan dirinya sedang mempersiapkan untuk membuka jalan dan menerima mandat dari Tuhan. 

Minggu Pisah Daging: Minggu Penghakiman Akhir (1 Korintus 8:8-9:2 & Matius 25:31-46)

Kebajikan sikap yang perlu dilakukan oleh manusia seharusnya. Namun manusia tidak menyadari bahwa dunia sedang membuangi dirinya sehingga sulit baginya untuk menjauhkan diri dalam hal-hal yang tidak dikehendaki Allah. Belajar dari kisah minggu pisah daging ini mengingatkan kembali bahwa seharusnya manusia harus mengambil Tindakan yang tepat untuk memisahkan dirinya dari daging. Salah satunya yakni menekuni kebajikan-kebajikan dari Tuhan sebagai dasar untuk dapat menghindari dunia ini. 

St. Eustathius, Uskup Agung Antiokhia

Belajar dari artikel ini yakni semakin canggih zaman maka semakin banyak tantangan yang akan dihadapi. Salah satunya adalah ajaran-ajaran yang sesat. Namun harapan dari Tuhan bagaimana kita bisa memposisikan diri kita untuk bisa menolak semuanya itu. St. Eustathius adalah uskup yang sudah membuktikan dirinya mampu melawan ajaran tersebut. Ini memberikan kepada kita pelajaran bahwa jangan pernah takut mengumandangkan kebenaran. 

Penghakiman Akhir Oleh Hati Nurani Kita

Hati adalah organ yang pada dasarnya menentukan apa yang menjadi pilihan kita, semakin baik mendengarkan isi hati maka yang dilakukan juga akan baik. Demikian juga sebaliknya ketika hati justru diajak kompromi dengan hal dunia maka yang terjadi adalah hati kita akan mengikuti isi pikiran atau logismoi kita. Belajar dari artikel ini, manusia diajarkan untuk dapat memposisikan hatinya supaya mampu menjadi lebih baik dan tidak menyeleweng. 

Sembilan Martir Dari Kola

Belajar dari kehidupan Sembilan martir dari kola yakni menentang kehendak keluarga untuk tetap ikut Tuhan Yesus Kristus. Kegigihan mereka dan ketekunan mereka membuat mereka dapat mengenal Allah hingga akhir hayat mereka. Dan ini membuat mereka menyadari bahwa hal tersebut memberikan mereka satu kemenangan yang sejati bersama dengan Tuhan. 

Diterbitkan oleh windadianhartatizebua

Cari tahu

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: